NAMO KWAN SHE IM PHU SA. 
‘Cinta Kasih’ merupakan kemampuan untuk memberikan kebahagiaan kepada mahluk hidup.
‘Welas Asih’ merupakan kemampuan untuk membebaskan segala penderitaan mahluk hidup.

Thursday, March 16, 2017

MASA KECIL, MASA REMAJA, DAN PERNIKAHAN PANGERAN(3) - RIWAYAT SAKYAMUNI BUDDHA

Pangeran Sidharta Gaotama Menikahi Putri Yasodhara (Ilustrasi gambar milik http://segenggamdaun.com/2013/08/kecantikan-putri-yasodhara/
Ratu Maya Dewi tidak dapat menahan luapan perasaan kegembiraan tatkala dia melihat seorang putra mahkotanya, yang dipersamakan sebagai seorang ahli peramal yang paling bijaksana. Dan Ratu Maya begitu suci, hingga ia tidak dapat melanjutkan untuk hidup sebagai seorang permaisuri biasa, kemudian ia harus mengorbankan dirinya hidup menderita karena penolakan putranya untuk menjadi
raja di kemudian hari. Ataukah dia rela pergi ke surga, tinggal di Surga Tusita pada hari ke tujuh setelah pangeran dilahirkan ?

Pada suatu hari, raja dan pangeran kecil disertai para pengasuh dan pembesar istana berjalan pergi kesawah untuk merayakan perayaan membajak sawah. Pangeran diletakkan di bawah sebuah pohon besar yang rimbun. Kemudian para pengasuh pergi untuk melihat jalannya upacara. Sewaktu ditinggalkan seorang diri, pangeran kecil itu lalu duduk ber-meditasi dalam keretanya, saat itu umurnya baru kira-kira lima tahun. Ayahnya yang melihat kejadian tersebut menjadi sangat gembira dan memberi hormat kepada putranya sambil berkata, “Putraku yang tercinta, inilah hormatku yang kedua.” 

Sebagai pangeran dari sebuah kerajaan, beliau sebetulnya hidup sangat bahagia, dia lebih pintar dari Gurunya yang bernama Visvamitra ketika ia berumur tujuh tahun, dan telah menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Dia adalah anak yang terpandai diantara teman-teman sekolahnya, dan sangat cepat menguasai setiap pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Dikelas dia selalu duduk paling depan dan penuh perhatian, mengikuti setiap pelajaran yang diberikan gurunya.

Pada umur 12 tahun, Pangeran Sidharta telah menguasai berbagai ilmu pengetahuan, ilmu taktik perang, sejarah dan Pancavidya, yaitu : sabda (bahasa dan sastra); Silpakarmasthana (ilmu dan matematika); Cikitsa (ramuan obatobatan); Hatri (logika); Adhyatma (filsafat agama).
Dia juga menguasai Catur Veda: Rgveda (lagu-lagu pujian keagamaan); Yajurveda (pujaan untuk upacara sembahyang); Atharvaveda (mantra). Pangeran Sidharta disamping pandai, juga seorang anak yang sopan dan baik budi pekerti, dan sayang pada binatang terutama binatang yang lemah.

Dia sangat pandai menunggang kuda dan gemar berburu. Bila kuda yang ditungganginya telah letih, dia turun dari kudanya dan membiarkannya untuk beristirahat dan mengusap-usap dengan penuh kasih sayang. Dia pergi berburu bukan untuk membunuh binatang tapi mengajak binatang hutan untuk bermain dan berkejar-kejaran.

Suatu hari, Pangeran Sidharta melihat Devadatta dan teman-temannya berburu burung dengan panah. Devadatta memanah seekor burung yang sedang berdiri di ranting pohon. Burung itu terkena panah Devadatta dan jatuh ke bawah. Pangeran Sidharta cepat pergi menghampiri burung itu dan segera mengobatinya. Devadatta meminta kembali burung itu dari Sidharta karena ia merasa bahwa ia yang memanah burung itu dan harus menjadi miliknya. Tapi Pangeran Sidharta mengatakan bahwa burung yang terpanah itu adalah miliknya. Terjadilah pertengkaran diantara mereka untuk memiliki burung itu. Akhirnya hal ini dibawa kepada seorang pejabat Dewan Penasehat Kerajaan untuk dimintai pendapatnya. Pejabat Dewan Kerajaan menjelaskan kepada mereka berdua bahwa burung yang terkena panah itu adalah milik orang yang telah mengobati dan menyelamatkan hidupnya. Kemudian Pangeran Sidharta melepaskan burung itu ke alam bebas.

Adalah suatu tradisi dalam lingkungan kerajaan di India dimasa lampau di mana usia muda sudah dijodohkan dan dinikahkan. Ketika pangeran mencapai usia 16 tahun, ayahnya menikahkan dia dengan sepupunya, Putri Yasodhara yang sangat cantik juga berusia 16 tahun. Ini sebenarnya merupakan janjinya di masa lampau kepada Sidharta untuk tetap mendampingi dan melayani dengan setia.

Putri Yasodhara adalah kakak perempuan dari Devadatta. Ibu mereka bernama Amita adalah adik perempuan dari Raja Suddhodana yang menikah dengan Raja Suprabuddha. Raja Suddhodana juga mempunyai tiga adik laki-laki, masing-masing bernama Suklodana, Amrtodana, dan Drandana. Suklodana mempunyai seorang putra bernama Ananda. Amrtodana mempunyai dua putra bernama Mahananma dan Anuruddha. Dranana juga mempunyai dua putra, masing-masing bernama Vibhasa dan Bhadrika.

Setelah pernikahan Pangeran Sidharta dengan Putri Yasodhara, mereka hidup amat bahagia, karena mereka cocok satu sama lain. Pangeran hidupnya sangat senang tapi hanya menikmati kesenangan hidup duniawi dalam istananya. Namun demikian pangeran suka pergi menyendiri untuk merenung di tempat yang sunyi dan tenang. Beliau tidak menderita, hanya mempunyai perasaan belas kasihan
yang mendalam terhadap semua makhluk.

Setelah beberapa kali berkunjung ke ibukota Kapilavastu, beliau melihat empat pemandangan yang membuat dia terus berpikir, yakni : melihat orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa mulia. Beliau sangat tergugah hatinya oleh kejadian-kejadian tersebut. Beliau kembali ke istana dan mendapat kabar bahagia bahwa seorang putra telah lahir. Namun beliau tidak bahagia, karena menganggap bahwa kelahiran putra anak pertamanya hanya sebagai belenggu. Maka kakeknya memberikan nama pada cucunya Rahula, artinya belenggu.

Namo Buddhaya
Vihara Avalokitesvara Mataram - Pulau Lombok - Nusa Tenggara Barat
Romo Pandita Adi Putra Pramono

No comments:

Post a Comment

PETA VIHARA AVALOKITESVARA

STATISTIK

HUBUNGI KAMI

VIHARA AVALOKITESVARA
JL.Ahmad Yani NO. 9 Bertais, Cakranegara
KOTA MATARAM, Nusa Tenggara Barat
KODEPOS : 83236 INDONESIA
TELEPON : +62 370 673538

Administrator Sementara